Dosa Bersumpah Dengan Menyebut Selain Allah

Sumpah adalah menguatkan suatu perkara dengan menyebutkan sesuatu yang diagungkan. Karena sebenarnya yang berhak diagungkan adalah Allah Azza wa Jalla, maka manusia tidak boleh bersumpah dengan selain Allah Azza wa Jalla . Oleh karena itu, sumpah dalam agama Islam adalah menguatkan suatu perkara dengan menyebut nama atau sifat Allah Azza wa Jalla.

Pada asalnya, memperbanyak sumpah adalah hal tercela. Namun dalam perkara-perkara penting, disyari’atkan bersumpah untuk menguatkannya. Diantaranya adalah apa yang Allah Azza wa Jalla firmankan:

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَأْتِينَا السَّاعَةُ ۖ قُلْ بَلَىٰ وَرَبِّي لَتَأْتِيَنَّكُمْ عَالِمِ الْغَيْبِ ۖ لَا يَعْزُبُ عَنْهُ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَلَا أَصْغَرُ مِنْ ذَٰلِكَ وَلَا أَكْبَرُ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

Dan orang-orang yang kafir berkata, “Hari berbangkit itu tidak akan datang kepada kami”. Katakanlah: “Pasti datang. Demi Rabbku yang mengetahui yang ghaib! Sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang kepadamu, tidak ada yang tersembunyi dari-Nya walau hanya sebesar zarrah yang ada di langit dan yang ada di bumi dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)”. (Saba’/34: 3).

Aisyah radhiyallahu ‘anhuma, istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, berkata:

صَنَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا فَرَخَّصَ فِيهِ فَتَنَزَّهَ عَنْهُ قَوْمٌ فَبَلَغَ ذَلِكَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَخَطَبَ فَحَمِدَ اللَّهَ ثُمَّ قَالَ مَا بَالُ أَقْوَامٍ يَتَنَزَّهُونَ عَنْ الشَّيْءِ أَصْنَعُهُ فَوَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْلَمُهُمْ بِاللَّهِ وَأَشَدُّهُمْ لَهُ خَشْيَةً

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan sesuatu, Beliau memberikan keringanan padanya, namun sebagian orang tidak menyukainya. Kemudian hal itu sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam , maka Beliau berkhutbah. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memuji Allah, kemudian bersabda, “Mengapa ada orang-orang yang tidak menyukai apa yang aku lakukan? Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling berilmu (paling tahu-red) di antara mereka tentang Allah, dan aku adalah orang yang paling takut di antara mereka kepada Allah. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Ibadallah,

Bersumpah dengan selain nama Allah atau selain sifat-Nya merupakan kesyirikan. Hal ini ditegaskan dalam hadits shahih di bawah ini:

عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَيْدَةَ أَنَّ ابْنَ عُمَرَ سَمِعَ رَجُلًا يَقُولُ لَا وَالْكَعْبَةِ فَقَالَ ابْنُ عُمَرَ لَا يُحْلَفُ بِغَيْرِ اللَّهِ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللَّهِ فَقَدْ كَفَرَ أَوْ أَشْرَكَ

Dari Sa’ad bin Ubaidah bahwa Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma  mendengar seorang laki-laki berkata, “Tidak, Demi Ka’bah!”. Maka Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Tidak boleh bersumpah dengan menggunakan selain (nama) Allah. Sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa bersumpah dengan selain Allah, maka dia telah berbuat kekafiran atau kemusyrikan”. (HR. Tirmidzi, dll. Dishahihkan al-Albani dalam ash-Shahihah, no. 2042).

Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Bersumpah dengan selain Allah Azza wa Jalla adalah syirik akbar (besar), jika orang yang bersumpah itu berkeyakinan bahwa yang dipakai untuk bersumpah itu sama dengan Allah Azza wa Jalla dalam pengagungan dan keagungan. Jika tidak (demikian), maka  itu termasuk syirik ashghar (kecil)”.

Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang umatnya bersumpah dengan menyebut nenek moyang atau lainnya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَا تَحْلِفُوا بِآبَائِكُمْ مَنْ حَلَفَ بِاللَّهِ فَلْيَصْدُقْ وَمَنْ حُلِفَ لَهُ بِاللَّهِ فَلْيَرْضَ وَمَنْ لَمْ يَرْضَ بِاللَّهِ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ

Janganlah kamu bersumpah dengan bapak-bapak kamu. Barangsiapa bersumpah, hendaklah dia benar. Dan barangsiapa menerima sumpah dengan nama Allah dari orang lain, maka hendaklah dia ridha, barangsiapa tidak ridha, maka tidaklah ada (keridhaan) dari Allah. (HR. Ibnu Majah; Hadits ini dinilai shahih oleh syaikh al-Albani).

Imam Adz-Dzahabi rahimahullah berkata, “Termasuk (dosa-dosa besar-pen) adalah bersumpah dengan selain nama Allah Azza wa Jalla , seperti Nabi, Ka’bah, Malaikat, langit, air, hidup, amanah, ruh, kepala, hidup sultan, kebaikan sultan, tanah (berkah) milik Fulan.”

Barangsiapa terlanjur bersumpah dengan menyebut selain Allah, maka dia harus mengucapkan La ilaha illalllah sebagaimana disebutkan dalam hadits:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ حَلَفَ فَقَالَ فِي حَلِفِهِ: وَاللَّاتِ وَالعُزَّى، فَلْيَقُلْ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَمَنْ قَالَ لِصَاحِبِهِ: تَعَالَ أُقَامِرْكَ، فَلْيَتَصَدَّقْ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu , dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa bersumpah dengan mengatakan ‘Demi Latta dan ‘Uzza, hendaklah dia berkata, ‘La ilaha illallah’. Dan barangsiapa berkata kepada kawannya, ‘Mari aku ajak kamu berjudi’, hendaklah dia bershadaqah!”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Imam Adz-Dzahabi rahimahullah berkata, “Dahulu di kalangan Sahabat, ada orang yang baru saja meninggalkan perbuatannya yaitu bersumpah dengan selain nama Allah sebelum keislamannya, maka kemungkinan lidahnya terlanjur bersumpah dengan selain nama Allah tanpa sengaja, sehingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar dia bersegera mengucapkan La ilaha illallah agar kalimat itu bisa menghapuskan perkataannya yang tidak disengaja itu”.

أَقُوْلُ هَذَا القَوْلَ؛ وَأَسْتَغْفُرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ .

Cara bersumpah adalah dengan menyebut nama Allah atau sifat-Nya, sebagaimana dijelaskan dalam hadits-hadits di bawah ini:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَلَا إِنَّ اللَّهَ يَنْهَاكُمْ أَنْ تَحْلِفُوا بِآبَائِكُمْ مَنْ كَانَ حَالِفًا فَلْيَحْلِفْ بِاللَّهِ أَوْ لِيَصْمُتْ

Ketahuilah, sesungguhnya Allah melarang kamu bersumpah dengan bapak-bapak kamu, barangsiapa bersumpah, hendaklah dia bersumpah dengan (nama) Allah atau diam. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Ibnu Umar radhyallahu ‘anhuma berkata:

كَانَتْ يَمِينُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا وَمُقَلِّبِ الْقُلُوبِ

Kebiasaan sumpah Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam adalah: “Tidak, demi Yang Membolak-balikkan hati”. (HR. Al-Bukhari, no. 6628)

***

(Diadaptasi dari tulisan Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari di majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun XIX/1437H/2016M).

source article  source picture

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *